Biaya kuliah ditambah biaya hidup yang amat tinggi membuat impian kuliah ke luar negeri seakan jadi mimpi tak terjangkau. Satu cara paling masuk akal untuk mewujudkan keinginan ini adalah dengan berburu beasiswa.
Seperti juga di negara lain seperti Australia, Jerman, atau Belanda, beasiswa juga tersedia bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan ke Amerika Serikat. Secara umum ada dua jalur untuk mendapatkan dana belajar ke negeri Paman Sam ini.
Pertama, beasiswa yang diberikan lembaga kerja sama Indonesia-Amerika. Di Indonesia, lembaga ini bernama The American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF), yang didirikan tahun 1992. AMINEF inilah yang kemudian mengkoordinasi program beasiswa Fulbright. Melalui Fulbright mereka memberikan sekitar 120 beasiswa/tahun kepada pelajar Indonesia untuk belajar atau mengadakan riset di berbagai disiplin ilmu. Informasi lebih lengkap mengenai AMINEF bisa dibuka pada situs mereka dengan alamat http://www.aminef.or.id/
Seseorang yang mendapatkan beasiswa Fulbright bisa ongkang-ongkang kaki, karena semua biaya mulai keberangkatan sampai biaya hidup dan biaya kuliah akan ditanggung. Jadi istilahnya bisa modal dengkul. Bahkan untuk tes awal seperti TOEFL dan GRE termasuk biaya yang ditanggung. Lumayan kan? Karena untuk mengikuti tes ini seseorang mesti membayar US$ 100 lebih untuk tiap tes.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, penerima Fulbright harus segera kembali ke Indonesia. Mereka tidak diperkenankan untuk tinggal sementara di Amerika buat bekerja dulu, misalnya, apalagi pindah warga negara.
Karena bisa modal dengkul, pendaftarnya pasti akan mencapai ribuan. Jadi saingan yang perlu disingkirkan juga lebih banyak. Tapi ini jangan dijadikan penghambat. Sebisanya tambahkan unsur-unsur penguat lain selain dari unsur akademik. Pernah terlibat dalam organisasi kampus, misalnya, diyakini akan memperberat nilai pelamar.
Kedua, beasiswa yang diberikan universitas bersangkutan. Berbeda dengan jenis pertama, pihak pemberi beasiswa adalah universitas. Untuk mendapatkan beasiswa ini, pelamar langsung mendaftar ke sekolah yang diminatinya, tanpa perlu perantara AMINEF atau lembaga lain.
Universitas biasanya memberikan beasiswa dalam beberapa bentuk: Teaching Assistanships (TA), Research Assistanships (RA), dan Fellowships.
TA dan RA bisa dikatakan beasiswa kerja. Karena penerima TA dan RA mesti bekerja di kampus 12-20 jam seminggu. Lama waktu bekerja ini tidak fix tergantung dari profesor. Penerima TA, RA, dan Fellowships akan mendapatkan uang bulanan plus biaya kuliah yang juga sudah dibayarkan universitas, meskipun tidak selalu demikian. Jenis-jenis biaya apa yang ditanggung perlu ditanyakan langsung ke universitasnya.
Sesuai namanya, penerima TA mesti membantu dosen mengerjakan tugas yang berkaitan dengan perkuliahan. Semisal, mengoreksi PR atau ujian mahasiswa S1, menyiapkan ruang kuliah atau lab, dan lainnya. Karena saat libur Summer (sekitar April-Agustus) umumnya hanya sedikit kelas yang masih dibuka, penerima TA jadinya juga ikut libur. Di saat liburan ini dia mesti mencari pekerjaan lain, atau malah pulang kampung, karena semasa libur dia tidak dibayar.
Kalo jenis pekerjaan penerima RA akan lebih berhubungan dengan riset atau proyek yang dikerjakan profesor. Tugas RA apalagi kalo bukan membantu profesor mengerjakan riset atau proyeknya. Tipe pekerjaannya akan lebih bervariasi mulai dari kerja lab, analisis data, bikin laporan, jalan-jalan ke lapangan, pokoknya macem-macem. Karena proyek ini biasanya berjalan sepanjang tahun, biar libur Summer gaji bulanan akan tetap diberikan. Hingga para penerima RA tidak perlu mencari pekerjaan lain. Satu lagi kelebihan RA, pengalaman bantu dosen ini bisa dimasukkan sebagai pengalaman kerja di CV.
Sedangkan Fellowships adalah bentuk beasiswa yang paling santai. Penerima Fellowships umumnya tidak diwajibkan bekerja sekian jam per minggu. Mirip dengan beasiswa-beasiswa yang pernah kita terima waktu kuliah dulu. Asal sudah tanggalnya tinggal nunggu cek duit datang.
Karena langsung melamar ke universitas, jumlah saingan tentu tidak sebanyak di Fulbright. Biar jumlah saingan lebih sedikit, tapi kita mesti bersaing dengan pelamar dari negara lain termasuk dari Amerika sendiri yang juga berminat mendapatkan beasiswa tipe ini.
Penerima beasiswa dari universitas juga lebih fleksibel. Sehabis lulus jika tidak ingin langsung balik ke Indonesia, semisal ingin bekerja dulu merasakan dollar sangat dimungkinkan. Ingin langsung mendaftar ke S3 juga tidak mustahil.
: if>